Sabtu, 25 Agustus 2012
Tepat enam hari setelah hari raya idul fitri, tersisa dua hari liburan
sebelum memulai kembali rutinitas untuk bekerja. Meskipun masih merasa lelah
setelah perjalanan empat hari di Singapura dan dua hari di Puncak, sekitar
pukul 06.00 pagi, aku dan suamiku sudah bersiap dengan bawaan satu koper untuk
menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan taksi. Ya, kami siap memulai kembali
perjalanan hanya untuk kami berdua saja.
Tujuan kami kali ini adalah Belitung. Alasannya sangat sederhana, bisa
dicari dengan mengetikkan kata belitung di halaman Google, apalagi bila melihat
foto-fotonya, rasanya tak sabar lagi untuk segera menikmati keindahan alam itu
dengan mata kepala sendiri.
Dari Bandara Soekarno-Hatta kami berangkat dengan pesawat pukul
08.30 WIB, sekitar satu jam kemudian kami sudah mendarat di Bandara Has
Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Ada peristiwa yang cukup menegangkan setelah turun pesawat. Aku panik
ketika tidak menemukan telepon genggamku (HP) di dalam tasku dan seketika aku
ingat telah mengeluarkannya dari tas selama penerbangan. Sepertinya memang HPku
tertinggal di pesawat. Ternyata kepanikanku terbaca oleh petugas bandara, dia
pun dengan sangat ramah menanyakan apa yang terjadi. Setelah itu, dia
menghubungi awak pesawat untuk memastikan apakah HPku memang tertinggal di
pesawat. Alangkah leganya aku ketika mendengar suara dari Handy Talkie petugas
tersebut
"Oh..iya ada, iphone warna putih..."
"Oke, segera saya ambil..." balas petugas itu.
Hampir saja liburanku harus rusak karena kehilangan HP, tapi
alhamdulillah, HP itu masih rizki-ku. Petugas bandara tadi kembali dengan HP
ku, sambil mengembalikannya dia berkata,
"Ini Bu, HPnya, lain kali hati-hati ya...."
"Iya Pak, terima kasih sekali ya Pak..." balasku dengan
penuh rasa syukur.
Keluar dari Bandara, aku melihat kertas bertuliskan namaku dari
travel agent yang memang sudah kupesan. Tour Guide kami bernama Mas Vicky.
Setelah mengenalkan diri, dia segera mengantar kami ke dalam mobil untuk
memulai perjalanan. Tujuan pertama kami adalah Tanjung Kelayang.
Belitung kota yang tidak terlalu ramai kendaraan. Dari Bandara
menuju Tanjung Kelayang tidak ada lampu merah sama sekali. Menurut informasi
Mas Vicky, di Belitung ini hanya ada lima lampu merah saja. Terbayang olehku,
betapa kota ini tidak akrab dengan kata kemacetan.
Di sepanjang jalan, banyak terdapat perkebunan sawit, selain itu
juga ada lahan-lahan pertambangan. Belitung beserta pulau saudaranya, yaitu
Bangka, memang terkenal sebagai daerah penghasil Timah.
Tanjung Kelayang
Sampai di Tanjung Kelayang, terlihat pantai yang panjang dan
bersih, air laut pun sangat jernih, keinginan untuk bermain air pun spontan
muncul. Tanjung Kelayang menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil yang biasa membawa wisatawan untuk island hopping seperti yang akan kami lakukan. Kami segera bergegas menaiki kapal agar dapat segera bermain di pulau-pulau yang akan kami kunjungi. Karena
paket tour yang kami ambil adalah paket Honeymoon, kapal ini hanya berisi aku
dan suamiku di bagian depan kapal menikmati perjalanan, dan Mas Vicky serta
seorang nelayan yang mengemudikan kapal di bagian belakang.
Kapal-kapal di Tanjung Kelayang |
Pulau Batu Berlayar
Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Batu Berlayar. Pulau ini
memang berukuran kecil yang hanya terdapat batu yang besar dan pasir saja sehingga dari
kapal yang sedang melaju terlihat seperti terdapat batu yang berlayar di tengah
laut. Salah satu perbedaan yang membuat pantai-pantai di Belitung unik adalah
bebatuan besar yang bertebaran. Di pulau ini kami langsung berfoto-foto bersama
bintang laut hidup yang kami temukan di sana.
Bintang laut hidup! |
Batu berukuran besar yang terlihat seperti layar dari kejauhan |
Pulau Burung
Lepas dari Batu Berlayar, kami menuju Pulau Burung. Nama pulau ini
berdasarkan bentuk batu yang terlihat seperti burung yang terdapat di pulau
tersebut. Setelah asyik berfoto dan bermain air, tak terasa waktu sudah
menunjukkan jam makan siang, Mas Vicky menggelar alas untuk tempat kami makan
siang di bawah pohon yang rindang dan memberikan kami masing-masing satu kotak
berisi makanan dengan menu lengkap.
Rasanya sempurna berada di pulau indah, sepi, diberi kesempatan
untuk kencan dengan piknik makan siang berdua di pinggir pantai. Suasana yang
benar-benar mendukung untuk membicarakan hal-hal manis yang mungkin sudah
secara umum jarang dilakukan pasangan yang sudah menikah beberapa tahun
dan/atau sudah mempunyai anak.
Pulau Burung nan Indah |
Pulau Lengkuas
Lepas dari Pulau Burung, kami menuju Pulau Lengkuas. Di
pulau ini terdapat sebuah mecusuar bernama
Enthoven. Pulau ini tak kalah indahnya dengan pulau-pulau lain, tapi
lebih ramai. Pulau ini sedikit lebih luas dan hampir seluruh bagian pulau,
bebatuan di sekeliling pulau, dan pantai terisi oleh turis lokal dan asing.
Kapal-kapal berlabuh dengan rapi di bibir pantai.
Mercusuar Enthoven |
Mercusuar Enthoven terdiri dari 18 lantai. Untuk naik ke
puncak mercusuar, pengunjung diharuskan membuka alas kaki dan merasakan
lembabnya lantai di dalam mercusuar tersebut. Menaiki tangga 18 lantai membuat
nafas terengah-engah dan kaki seperti jenuh dengan asam laktat, tapi setelah sampai di puncak,
pemandangan yang dilihat sangat sepadan dengan itu semua. Melihat perairan yang
jernih di bagian Barat Laut pulau Belitung dengan bebatuan besar yang bertebaran dan merasakan angin yang
lembut menyapa di telinga, membuatku menghirup nafas sedalam-dalamnya,
menghembuskannya perlahan-lahan, dan memanjatkan syukur kepada-Nya.
Susunan kapal yang berlabuh dilihat dari puncak mercusuar |
Turun dari mercusuar, Mas Vicky sudah menyiapkan dua buah
kelapa untuk kami berdua. Kami pun menikmatinya sambil beristirahat. Tanpa
sengaja aku mendengar seorang wanita bertanya kepada Mas Vicky,
“Dimana beli kelapa? Boleh saya pesan satu?”
“Maaf Bu, kelapanya kami bawa di pulau lain, khusus untuk
tamu kami, di pulau ini tidak ada yang jual kelapa” Jawab Mas Vicky ramah.
Kelapa muda :) |
Aku dan suamiku hanya bisa saling menatap dan merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan dari travel agent yang telah kami pilih.
Setelah selesai menikmati kelapa tersebut, kami bersiap
untuk snorkeling di sekitar Pulau Lengkuas.
Siap dengan peralatan snorkeling, kami langsung masuk ke
dalam air dan memulai snorkeling. Ternyata keindahan Belitung tidak hanya ada
di atas permukaan laut, tapi juga di bawahnya. Banyak ikan dan karang yang
indah. Hal yang menarik adalah ketika kita memegang potongan makanan di tangan,
ikan-ikan akan berdatangan dan menggerogotinya. Ternyata ikan dapat memakan
apapun, mulai dari ayam goreng, tahu, dan pisang. Terkadang ikan salah
menggigit tangan kita, tapi hanya akan terasa
geli.
Snorkeling di sekitar Pulau Lengkuas |
Pulau Babi
Sebelum menuju hotel, kami berkungjung kedua pulau yang tak
kalah indahnya dengan pulau lainnya. Pulau Babi Besar dan Pulau Babi Kecil. Di
kedua pulau ini terdapat bebatuan besar yang cocok untuk dijadikan latar foto.
Sungguh tempat yang indah untuk menikmati sore hari yang cerah.
Candle Light Dinner
Pukul 07.00 malam, setelah membersihkan diri dan
beristirahat sejenak di hotel, kami dijemput Mas Vicky untuk makan malam di
Hotel Bahamas. Tiba di hotel tersebut, kami menyadari tidak ada tamu lain
selain kami berdua di restoran hotel. Seluruh tamu hotel sedang menikmati
santap malam di luar hotel. Eksklusifitas, kami mendapatkannya lagi malam itu.
Hal lain yang membuat kami terkejut adalah lokasi makan malam kami, tepat di
pinggir pantai dengan angin ramah beratapkan langit dipenuhi bintang dan
ditambah dengan cahaya sebatang lilin. Benar-benar tempat yang romantis.
Menu makan malam yang lengkap dan lezat mengiringi obrolan kami
yang ringan namun benar-benar dari hati ke hati. Perasaan yang tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata.
Menyantap Appetizer |
Tanjung Pendam
Di Belitung ini, kami bermalam di Hotel Grand Hatika yang berada di area wisata Tanjung Pendam. Informasi dari Mas Vicky, kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya pemuda-pemudi Belitung bermalam minggu. Di area ini banyak terdapat warung dan kafe yang juga menampilkan hiburan life music, ada yang menampilkan musik pop, ada juga yang menampilkan musik dangdut. Pada malam hari, air laut surut agak jauh dari garis pantai. Sebelum kembali ke hotel, kami duduk di pinggir pantai sekedar mengobrol dan merasa bahagia atas perjalanan ke Belitung ini.
Minggu, 26 Agustus 2012
Setelah check-out dan sarapan pagi dari hotel, kami mampir ke sebuah toko untuk
membeli oleh-oleh khas Belitung yang akan kami bawa ke Jakarta. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami melihat ikon kota Belitung, yaitu patung batu satam di tengah kota. Mas Vicky menceritakan asal mula nama Belitung berasal dari kata Billitonite (Bahasa Belanda) yang berarti batu satam (batu meteor hitam). Batu satam ini menjadi salah satu souvenir dari Belitung dan beberapa orang percaya bahwa batu ini memiliki kekuatan supranatural.
Tanjung Tinggi
Kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Tanjung Tinggi.
Pantai ini terkenal setelah menjadi lokasi pembuatan film Laskar Pelangi. Sama
seperti Pulau Lengkuas, pantai ini juga cukup ramai dikunjungi orang.
Kejernihan airnya membuatku yang semula hanya berniat foto-foto akhirnya
memutuskan untuk berenang juga. Selain itu, kami juga bermain perahu Kayak untuk pergi
lebih menjauh dari pantai. Selain Kayak, di pantai ini juga menyewakan pelampung, perahu karet, dan lain-lain.
Lokasi syuting Laskar Pelangi |
Langit biru yang cerah |
Kayaking |
Puas bermain, kami menuju sebuah rumah makan untuk menyantap
makan siang. Bagian belakang rumah makan ini masih merupakan Pantai Tanjung Tinggi yang lebih sepi dibandingkan tempat sebelumnya. Aku dan suamiku pun
menunda makan siang dan kembali menikmati serunya berenang di pantai dan
diterjang ombak. Rasanya tak ingin mengakhiri dua hari yang benar-benar indah
ini. Akan tetapi, pesawat pulang tentunya tidak akan menunggu orang yang
terlambat. Jadi tidak lama kemudian kami memutuskan untuk membersihkan diri, menyantap
makan siang, dan menuju ke bandara untuk kembali ke Jakarta.
Pantai Tanjung Tinggi |
Jakarta
Sampai di Jakarta, kami dijemput Om Asep dari Bandara. Sebelum pulang ke rumah, kami memutuskan untuk menutup liburan indah ini dengan sempurna, yaitu menikmati sushi yang enak di Sushi Tei.
Puas, luar biasa, dan tak terlupakan liburan kami di Belitung walau hanya dua hari. Benar-benar kawasan wisata yang sangat saya rekomendasikan untuk menghilangkan kepenatan dan kebosanan. Selain bersama keluarga dan teman-teman, Belitung juga benar-benar bisa menjadi tempat yang sangat romantis bersama pasangan Anda. Jadi, jika pergi ke Belitung nanti, jangan lupa share ya, agar semakin banyak orang yang tidak melewatkan keindahan tempat ini. :)